Ribut gara-gara defisit listrik di Jawa, karena dikhawatirkan investor akan lari dari Indonesia. memang sampai Wapres meminta kepada perusahaan Jepang untuk bersabar hingga tahun depan karena proyek 10000 MW akan kelar dan dijamin jawa tidak akan byarpet lagi tahun depan.
Sampai-sampai semua kalangan industri harus merubah jam kerja pada hari sabtu minggu untuk mensiasati defisit tenaga listrik di Jawa. waw, fenomena luar biasa yang membuat Indonesia berfikir keras agar tidak dicoret dari daftar tujuan investasi internasional. Siapa yang salah dari semua ini? jelas sebuah perencanaan yang gagal dari pihak elite.
Berfikir lagi tentang sebuah perbuatan baik yang implikasinya kedepan. Investasi iman bagi semua masyarakat lebih penting. bagaimana sebuah paradigma pendidikan akan merubah Indonesia ke depan. kita mulai investasi pendidikan dengan menjadikan pendidikan sebagai tujuan jangka menengah dan panjang. Kurikulum bukan dengan basis nilai UN tetapi dengan tujuan menghasilkan manusia yang berakhlak, soleh dan solehah.
Bukan dengan memajukan dunia pendidikan dengan basis kurikulum pengetahuan yang menuju pada indutrialisasi pendidikan yang berakibat harga menjadi mahal. Jadikan pendidikan seperti udara yang berhak untuk dihirup oleh siapa saja. Jadikan Pemerintah sebagai tuhan yang memberikan pendidikan seperti udara kepada warganya, sehingga kita tinggal bertugas untuk mensyukurinya saja.
Buat sebuah kurikulum menuju manusia berakhlak dengan bonus wawasan, bukan manusia berwawasan dengan bonus akhlak. Dan tanamkan filosofi belajar dengan membaca. Kita mampu, dan tidak perlu khawatir. Pemimpin Indonesia harus menjalankan dan menunjukkan kepada kita tentang sebuah pengorbanan. kita mampu berkorban kok, kita masih punya kesabaran kok, dan kita masih percaya kejayaan iman kok.
Ayo, Bangkit. Indonesia Bisa
Selasa, 08 Juli 2008
Rabu, 02 Juli 2008
Demo Anarkis, Prinsip atau Opportunis?

Kebebasan berpendapat adalah sebuah cita-cita besar di jaman orba dan sekarang kita telah mendapatkannya. Mimpi ini terwujudkan sejak demo besar mahasiswa 1998 dan semua menyambut dengan suka ria. Dan sekarang arus demo mahasiswa dan elemen masyarakat muali terdengar lagi dengan permasalahan klasik, Tolak kenaikan BBM! 1966 dan 1998 mampu menurunkan presiden.
Tapi pembahasan yang terpenting, kenapa pemerintah sekarang bereaksi keras terhadap demo ini sampai ada korban jiwa dan penangkapan mahasiswa serta LSM penggerak demo. Dan juga kenapa masyarakat tenang saja menaggapi opera sabun ini.
Saya melihat dari 2 sisi, bahwa mahasiswa dan LSM harus melakukan ini, demo keras yang menjurus anarkis agar mendapatkan perhatian. Sah-sah saja. Dan saya juga melihat pemerintah juga harus melakukan tindakan yang tegas terhadap segala bentuk anarkisme, dan Hidup Hukum!!!
Saya salut penuh dengan tokoh LSM dan Mahasiswa yang menggiring demo tersebut menjadi headline, walaupun pemerintah lebih cerdik menggiringnya ke konflik horizontal FPI dan Aliansi Kebangsaan. Namun satu kritikan saya terhadap jiwa satria calon pemimpin bangsa ini adalah lempar batu sembunyi tangan.
Harusnya, apabila mereka memang harus melakukan anarkisme dengan tujuan baik, maka mereka harus siap dan kesatria untuk diproses secara hukum. Ditangkap dan diadili. Ini hanya harga kecil dari perjuangan membela kebenaran. Pahlawan jaman penjajahan juga dulu dianggap anarkis, provokator, pengkhianat dll tapi siap dan menggung semua aktivitas ke pemerintahan kolonial. Nah anak muda harus seperti itu, lihat Soekarno yang menuliskan pledoi pada umur 29 tahun, dia meyakinkan bahwa dia punya prinsip.
Mahasiswa dan LSM yang terdiri dari anak-anak muda harus berani mengambil resiko, menyerang dengan militan dan siap menjadi tameng perjuangan dengan darah, badan dan bahkan nyawa sekalipun. Tolong ini direnungkan.
Pemerintah sudah cukup tegas dalam mengendalikan anarkisme, dan itu harus. sama seperti pemerintah lainnya baik pemerintah kolonial, rezim, republik, otoriter harus mengamankan negara dari semua ancaman instabilitasnya. Dan biarkan semangat muda itu berkibar dengan proses fair yang diberikan. Mereka calon pemimpin yang harus tau resiko hukum agar waktu memimpi nanti akan mengekedepankan hukum sebagai panglima negara ini.
Sekali lagi, hidup mahasiswa yang berjiwa besar dan hidup pemerintah. Jangan berjuang demi sebuah kepentingan opportunis tapi berjuanglah buat kami rakyat Indonesia. Berikan semua jiwa dan ragamu untuk kami.
Langganan:
Komentar (Atom)
